BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak merupakan hal yang
penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak
pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak
satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila
anaknya mengalami demam.
Demam adalah
peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Elizabeth J. Corwin,
2000). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari,
2006). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus
(Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari
37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal
dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh
secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi
sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi
yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan
lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan
bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut
demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu
tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong,
2003).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a.
Demam septik
Suhu badan
berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
b.
Demam remiten
Suhu badan
dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c.
Demam intermiten
Suhu badan
turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d.
Demam kontinyu
Variasi suhu
sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e.
Demam siklik
Terjadi
kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90%
dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
infeksi bacterial.
|
Jenis
Demam
|
Ciri-ciri
|
|
Demam septic
|
Malam hari suhu naik sekali, pagi
hari turun hingga diatas normal, sering disertai menggigil dan berkeringat
|
|
Demam remitten
|
Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat
namun perbedaannya tidak sebesar demam septik.
|
|
Demam intermiten
|
Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.
|
|
Demam kontinyu
|
Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia
|
B. Etiologi,,
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000), demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam
adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala
yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa
etiologi febris,diantaranya
a.
Suhu lingkungan.
b.
Adanya infeksi.
c.
Pneumonia.
d.
Malaria.
e.
Otitis media.
f.
Imunisasi
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a.
Anak rewel (suhu lebih tinggi dari
37,8⁰C - 40⁰C)
b.
Kulit kemerahan
c.
Hangat pada sentuhan
d.
Peningkatan frekuensi pernapasan
e.
Menggigil
f.
Dehidrasi
g.
Kehilangan nafsu makan
Banyak
gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit
hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu
kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan
hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala
verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito.
2000).
D. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat
asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein,
pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh
bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
E.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Biodata
Klien: nama,umur,jenis kelamin,pendidikan
terakhir,agama,alamat,tanggal MRS,tanggal pengkajian ,nomer register,diagnose
medis
b.
Riwayat
kesehatan
a)
Keluhan
utama
Saat MRS : keluhan yang menyebabkan klien diharuskan
untuk berada di rumah sakit
Saat pengkajian : keluhan utama yang paling
dirasakan saat pengkajian
b)
Riwayat
penyakit sekarang
P :
Poliatif-Provokatif : penyebab dan faktor yang memberat atau meringkan
Q : Qualitas – quantitas : berat dan intensitas
keluhan
R : Regio : daerah dan penyebaran keluhan
S : skala :
1-10 dimana keluhan dirasakan ringan,sedang,berat
T : time :
waktu terjadinya keluhan
c)
Riwayat
penyakit dahulu : penyakit yang pernah diderita klien
d)
Riwayat
penyakit keluarga
e)
Genongram
: garisn keturunan klien,menurun 3 generasi
c.
ADL
Pada aktivitas dirumah dan dirumah sakit meliputi
makan dan minum ,istirahat tidur,eliminasi,kebersihan diri,dan pola lain
d.
Data
psikososial
e.
Data
spiritual
f.
Pemeriksan
fisik
a)
Tingkat
kesadaran dan GCS
b)
TTV
c)
Antropometri
meliputi TB dan BB
d)
Kepala
dan leher
e)
Integumen
dan kuku
f)
Thorax
g)
Jantung
h)
Abdomen
i)
Ekstremitas
j)
Neurologi
k)
Genetalia
dan anus
l)
Ekstremitas
atas dan bawah
m)
Pemeriksaan
penunjang ,lab,rontgen,ekg
n)
Penatalaksanaan
terapi ,diet,obat,infuse
o)
Pemeriksaan
penunjang
1)
Laboratorium
2)
Foto
rontgent
3)
USG
p)
Diagnosa
Keperawatan
1)
Hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
2)
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme
3)
Resiko
kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
4)
Ansietas
berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
2.
Intervensi
|
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
(NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
|
1.
|
Hipertermia berhubungan
dengan proses infeksi, proses penyakit.
Batasan
karakeristik :
· Kenaikan suhu tubuh diatas rentang
normal
· Serangan atau konvulsi (kejang)
· Kulit kemerahan
· Pertambahan RR
· Takikardi
· Saat disentuh tangan terasa hangat
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…x24jam klien menunjukkan temperatur dalam batas normal
dengan kriteria hasil:
· Suhu Tubuh
dalam batas normal
· Bebas dari
kedinginan
· Suhu tubuh
stabil 36,50-37,50c
· Termoregulasi
dbn
· Nadi dbn
<1 bln : 90-170
<1 thn : 80-160
2 thn : 80-120
6 thn : 75-115
10 thn : 70-110
14 thn : 65-100
>14thn : 60-100
· Respirasi
dbn
BBL : 30-50 x/m
Anak-anak : 15-30 x/m
Dewasa : 12-20 x/m
|
Fever
treatment
· Monitir suhu sesering mungkin
· Monitor IWL
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor tekanan darah, nadi dan RR
· Monitor penurunan tingkat
kesadaran
· Monitor WBC, HB dan CT
· Monitor intake dan output
· Kolaborasikan pemberian
antipiretik
· Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
· Selimuti pasien
· Berikan cairan intravena
· Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
· Tingkatkan sirkulasi udara
· Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature
regulation
· Monitor suhu minimal tiap 2 jam
· Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
· Monitor TD, nadi dan RR
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
· Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
· Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
· Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
· Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign
Monitoring
· Monitor TD, nadi, suhu dan RR
· Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
· Monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
· Monitor TD , nadi, RR, sebelum,
selama dan sesudah aktivitas
· Monitor kualitas dari nadi
· Monitor frekuensi dan irama dari
pernafasan
· Monitor suara paru
· Monitor pola pernafasan abnormal
· Monitor warna, suhu dan kelembaban
kulit
· Monitor sianosis perifer
· Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
· Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
|
|
2.
|
Resiko injuri berhubungan
dengan infeksi mikroorganisme.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …x24jam anak bebas dari cidera dengan kriteria hasil:
· Menunjukan
homeostatis
· Tidak ada
perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain
|
· Sediakan
lingkungan yang aman untuk pasien
· Identifikasi
kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
· Menghindari
lingkungan yang berbahaya misalnya memindahkan perabotan
· Memasang side
rail tempat tidur
· Menyediakan
tempat tidur yang nyaman dan bersih
· Membatasi
pengunjung
· Memberikan
penerangan yang cukup
· Menganjurkan
keluarga untuk menemani pasien
· Mengontrol
lingkungan dari kebisingan
· Memindahkan
barang-barang yang dapat membahayakan
· Berikan
penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
|
|
3.
|
Resiko kurang cairan
berhubungan dengan intake yang kurang dan diaphoresis, faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan (hipermetabolik).
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …x24jam volume cairan adekuat dengan kriteria hasil:
· Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
· Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
· Tidak ada tanda- tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
|
Fluid management:
· Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
· Monitor status dehidrasi
(kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
· Monitor vital sign
· Monitor asupan makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian
· Lakukan terapi IV
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan
· Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
· Dorong masukan oral
· Berikan penggantian nasogastrik
sesuai output
· Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
· Anjurkan minum kurang lebih 7-8
gelas belimbing perhari
· Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
· Atur kemungkinan transfusi
|
|
4.
|
Ansietas berhubungan dengan
hipertermi, efek proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24jam ansietas klien/keluarga hilang dengan kriteria
hasil:
· Klien/keluarga
dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan suhu
tubuh
· Klien/keluarga
mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
· Klien/keluarga
mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan hipertermi, proses
penyakit
|
· Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki
klien/keluarga mengenai hipertermi
· Berikan informasi pada klien/keluarga yang akurat tentang penyebab
hipertermi
· Validasi perasaan klien/keluarga dan yakinkan klien/keluarga bahwa
kecemasan merupakan respon yang normal
· Diskusikan dengan klien/keluarga rencana tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit
|
3.
Implementasi
Implementasi merupakan
tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan
oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
4.
Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan
ibu hasil implementasi keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.
Subjektif
: Keluhan yang dikatakan pasien
Objektif
: Keluhan yang dilihat atau dikaji perawat
Asesment :
Penilaian masalah teratasi sebagaian/ belum
Planning
: Rencana lanjut jika masalah belum teratasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Nama pasien : An. FU
Umur : 16 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No RM : 10.02.49
MRS : 29 April 2018, Jam
15.00WIB
Tgl. Pengkajian : 3 Mei 2018, Jam 10.00 WIB
Diagnosa Medis : Febris
2.
Keluhan Utama
Panas dengan suhu 40,40 C
3.
Riwayat Keperawatan
Riwayat Perawatan Sekarang
suhu bayi 40,40 C dan diberi minum paracetamol 500mg.
4.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: GCS : E= 4, M= 6, V= 5 Composmentis
Nadi : 110x/ menit dengan
kekuatan lemah
Pernafasan : 28x/ menit dengan irama reguler
Suhu tubuh : 404 0 C
Kulit : Berkeringat, lembab, turgor
baik, tampak kemerahan di seluruh tubuh. Warna kulit pucat.
Mata :
-
Konjungtiva : tidak anemis
-
Sclera : tidak ikteric
-
Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan
kiridan reflek cahaya ( + ) langsung
Kepala
:
-
Rambut : warna hitam, lurus,
-
Kulit
kepala : tidak ada laserasi, kulit
kepala berminyak.
Hidung :
-
Septum
deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung bersih, tidak
ada cuping hidung.
B.
Diagnosa
NO
|
DATA FOKUS
|
Diagnosa
|
|
1.
|
Pasien panas tinggi
Suhu tubuh
40,4 0 C
|
Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi
|
|
2
|
pasien mengatakan tubuhnya seperti tidak bertenaga, lemas, jika berjalan kaki kanan terasa
sakit jika diangkat
RR : 28 x/
menit
Nadi : 110x/menit
Kulit dan
bibir pucat
|
Intoleransi aktivitasberhubungan dengan kelemahan fisik.
|
C.
Rencana Keperawatan
|
No
|
DP
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
TTD
|
|
1.
|
Hypertermia b.d proses infeksi
|
Temperatur
dalam batas normal setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria Hasil:
▪ Suhu tubuh
stabil 36-370C
|
1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil /diaforsis
2. Berikan minuman sesuai kebutuhan
3. Berikan
methylprednisolon 3x 15mg /hari
|
|
|
2.
|
Intoleransi
aktivitas b.d.kelemahan
fisik
|
Toleransi aktivitas pasien
meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
KH :
▪ RR :20 kali/menit
▪ Nadi: 116 kali/menit
▪ Kulit dan
bibir tidak pucat
|
1. Ukur tanda
– tanda vital sebelum dan sesudah beraktivitas
2. Tingkatkan
aktivitas perawatan diri klien
3. Ajarkan pasien metode penghematan energy untuk aktivitas
4. Luangkan waktu istirahat selama aktivitas, lebih baik duduk daripada berdiri
saat melakukan aktivitas kecuali hal ini memungkinkan
5. Identifikasi
dan dorong kemajuan klien
|
D.
Implementasi
|
No
|
Dx
|
CATATAN KEPERAWATAN
|
RESPON
|
TTD
|
|
1.
|
Hypertermia
b.d proses infeksi
|
1.
Pantau suhu klien setiap 2 jam, perhatikan menggigil /diaforsis
2.
Berikan minuman sesuai
kebutuhan
3.
Berikan methylprednisolon 3x 15mg
/hari
4.
Ukur tanda – tanda vital sebelum
dan sesudah beraktivitas
|
1.
Suhu pasien 400 C
2.
Pasien minum air putih sesuai
kebutuhan
3.
Pasien meminum obat tanpa alergi
4.
TTV
Sebelum
Nadi : 110x/menit
Nafas: 28x/menit
Setelah
Nadi : 110x/menit
Nafas: 24x/menit
|
|
|
2.
|
Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan fisik
|
1.
Tingkatkan aktivitas perawatan
diri klien
2.
Ajarkan pasien metode penghematan energy untuk aktivitas:
3.
Luangkan waktu istirahat selama aktivitas, lebih baik duduk daripada
berdiri saat melakukan aktivitas kecuali hal ini memungkinkan
4.
Identifikasi dan dorong
kemajuan klien
|
1.
Pasien bekerjasama dengan baik
2.
Pasien mendengar dan
mengaplikasikannya
|
E.
Catatan Perkembangan
|
No
|
Dx
|
CATATAN PERKEMBANGAN
|
TTD
|
|
1.
|
1
|
S : -
O : Suhu 39,80C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan semua intervensi
|
|
|
2.
|
2
|
S : Pasien mengatakan badan terasa lebih baik.
O : pasien tampak rileks
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan
semua intervensi
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demam berarti suhu
tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak
sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara
tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah
cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
https://www.effectiveratecpm.com/hcvpzubeb?key=5050ab743ce411d6f9e96da164ca1723
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doenges,
M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton,
Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta,
EGC.
Guyton,
Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar