Asuhan Keperawatan Dengan Hipertensi pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011). Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan. Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki. B. Tujuan 1. Tujuan Umum: Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi. 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi. b. Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan penyakit hipertensi yang meliputi pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi C. Manfaat a. Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi. b. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Disebut silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisi kesehatannya. Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992) Tigkat Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan diastolik (mmHg) Jadwal kontrol Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV 140-159 160-179 180-209 210 atau lebih 90-99 100-109 110-119 120 atau lebuh 1 bulan sekali 1 minggu sekali Dirawat RS B. Klasifikasi Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999): a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. C. Etiologi Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada : a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi 2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ) b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ) d. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr) b) Kegemukan atau makan berlebihan c) Stress d) Merokok e) Minum alcohol f) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ) Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid D. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999). E. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : 1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun. F. Pemeriksaan Penunjang 1. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. 2. BUN Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi). 3. Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik. 4. Kalsium serum Tingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi 5. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ). 6. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi 7. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ). 8. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. 9. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi 10. Steroid urin Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme 11. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. G. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr. b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh. c) Penurunan berat badan d) Penurunan asupan etanol e) Menghentikan merokok b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : a) Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. b) Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks. c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi : a. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor. b. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator. c. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain d. Step 4 : Alternatif pembern obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK A. Pengakajian 1. Identitas Klien Nama : Tn”A” Umur : 68 Tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Alamat : Desa. Asan, kec. Lhoksukon Status : Kawin Agama : Islam Suku : Aceh Pendidikan : SLTP 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama : Pusing b. Riwayat Penyakit Sekarang Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke posyandu dengan keluhn sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, sakitny dating sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya, sebelumnya klien pernah berobat ke dukun tetapi tidak ada perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, klien bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di rasakan oleh klien adalah hipertensi. c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir ini, 3. Status Fisiologis a. Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegap. b. Tanda-tanda vital klien TD : 160/90 mmHg N : 87 x/menit RR : 20 x/menit B. Analisa Data DATA ETIOLOGI MASALAH DS: • klien mengeluh sakit kepala,sakitkepalanya berdenyut-denyut • Klien mengeluh penglihatannya kabur DO: • Klien tampak sering memegangi kepalanya • Klien tampak lemah • TTV TD: 160/90 mmHg N: 87 x/menit RR: 20 x/menit Pembuluh darah tidak dapat mengembang Vasokonstriksi pembuluh darahm sehingga tejadi Peningkatan tekanan vaskuler serebral Gangguan rasa aman nyeri DS: • Klien mengatakan kurang tahu tentang penyakit hipertensi. • Klien tidak tahu penyebab hipertensi. • Klien mengatakan makan makanan yang sama dengan keluarganya, tampa adanya perbedaan DO: • Klien bertanya tentang penyakitnya. • TTV TD: 160/90 mmHg N: 87 x/menit RR: 20 x/menit Kurang informasi mengenai penyakit dan terapi Kurang pengetahuan DS: • Klien mengatakan tidak senang makan tampa garam. • Klien mengatakan makan makanan yang dengan yang di konsumsi keluarga DO: • Klien mengatakan makan makanan yang sama dengan keluarganya. • TTV TD: 160/90 mmHg N: 87 x/menit RR: 20 x/menit Edema Resiko Kelebihan Volume Cairan C. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Pembuluh darah tidak dapat mengembang Vasokonstriksi pembuluh darahm sehingga tejadi Peningkatan tekanan vaskuler serebral 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan terapi. 3. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema D. Intervensi No Diagnosa Keperawatan Tujuam dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1 Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Pembuluh darah tidak dapat mengembang Vasokonstriksi pembuluh darahm sehingga tejadi Peningkatan tekanan vaskuler serebral Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2x60 menit diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang dengan kriteria hasil : • Klien tidak mengungkapkan adanya nyeri atau sakit kepala. • Klien tampak nyaman. • Tanda-tanda vital dalam batas normal terutama tekanan darah (TD : normal 110-130 mmHg, diastole 70-80 mmHg) • Kaji keadan umum klien. • Kaji lokasi intensitas dan skala nyeri • Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan • Berikan tindakan non farmakologis. • Berikan penjelasan cara untuk meminimalkan aktifitas vasokontriksi. • Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic sesuai indikasi. • Keadaan umum menunjukkan keadaan klien secarautuh dan dengan mengetahui tanda-tanda vital terutama tekanan darah. Untuk menentukan tindakan selanjutnya. • Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan klien sehingga bisa ditentukan intervensi yang tepat selanjutnya. • Untuk menghindari inssiden kecelakaan atau terjatuhnya karena klien pusing. • Mengurangi atau menghilangkan sakit kepala. • Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala. 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan terapi. Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2x60 menit diharapkan pasien mengetahui informasi tentang hipertensi dengan kriteria hasil : • klien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi. • Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program. - • Jelaskan tentang batas tekanan darah normal, tekanan darah tinggi dan efeknya. • Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari p0engobatan dan prosedur. • Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress. • Diskusikan tentang obat-obatan : nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan tujuan pemberian obat dan efek samping obat. • Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan mengatasi hipertensi. • Anjurkan klien untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat meningkatkan tekanan darah • Evaluasi tingkat pengetahuan klien. • Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah mengklarifikasikan istilah medis yang sering digunakan. • Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala shingga memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun sudah merasa sehat. • Supaya klien tahu dan memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan. 3 Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x60 menit di harapkan tidak terjadi kelebihan volume cairan denan criteria hasil : • Tidak ada edema • BB normal TTV dalam batas normal • Bunyi napas dan jantung normal • Kaji pola makan klien atau diet terhadap inadekuat masukan protein • Dorong klien untukmenurunkan masukan garam • Lakukan tindakan untuk melindungi tubuh dari ceder dan edema • Penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan antidiuritik menyebabkan retensi air dan Na.. • Peningkatan kadar Na dalam darah dapat menyebabkan edema • Kulit edema, dapat mudah cedera, dan kulit kering lebih rentan untuk rusak dan cedera. E. Implementasi dan Evaluasi No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi 1 Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Pembuluh darah tidak dapat mengembang Vasokonstriksi pembuluh darahm sehingga tejadi Peningkatan tekanan vaskuler serebral • Mengkaji keadan umum klien. • Mengkaji lokasi intensitas dan skala nyeri • Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan • Memberikan tindakan non farmakologis. • Memberikan penjelasan cara untuk meminimalkan aktifitas vasokontriksi. • Mengkolaborasi dalam pemberian obat analgesic sesuai indikasi. S : Klien mengatakan sudah tidak pusing lagi O : • Keadaan umum klien baik • Klien tampak rileks • Tanda-tanda vital klien dalam batas normal TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 84x/menit, RR : 20x/menit. A : Masalah keperawatan gangguan nyaman nyeri dapat teratasi P : intervensi dihentikan 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan terapi. • Menjelaskan tentang batas tekanan darah normal, tekanan darah tinggi dan efeknya. • Menjelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur. • Menjelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress. • Mendiskusikan tentang obat-obatan : nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan tujuan pemberian obat dan efek samping obat. • Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan mengatasi hipertensi. • Menganjurkan klien untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat meningkatkan tekanan darah • mengevaluasi tingkat pengetahuan klien. S : klien mengatakan sudah tau apa itu hipertensi, dan penyebab terjadinya hipertensi O : • keadaan umum klien baik • klien tampak mengerti, menyebutkan penyebab yang memperberat hipertensi • klien tampak mau mengikuti saran perawat • TTV dalam batas normal TD : 140/80 mmHg N : 84 x/mnt RR : 20x/mnt A: masalah keperawatan kurang pengetahuan teratasi P : Intervensi dihentikan 3 Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema • Mengkaji pola makan klien atau diet terhadap inadekuat masukan protein • Memebri dorongan kepada klien untuk menurunkan masukan garam • Melakukan tindakan untuk melindungi tubuh dari ceder dan edema S : • Klien mengatakan makan makanan yang sama dengan keluarganya • Klien mengatakan tidak bia makan tampa garam O : • Keadaan umum klien baik • Tidak ada tanda-tanda edema A : masalah keperawatan resiko kelebihan volume cairan dapat teratasi P : intervensi di hentikan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. B. Saran Semoga dalam pembuatan makalah selanjutnya kami dapat membuat yang lebih sempurna lagi. karena menurut kami makalah yang telah kami buat ini kurang sempurna karena kami masih dalam proses belajar. DAFTAR PUSTAKA Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta Http//askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi C.pearce, 2009, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGOBATAN HERBAL

OBAT SAKIT GIGI TRADISIONAL

  Obat Sakit Gigi Tradisional Penyebab sakit gigi bisa beberapa hal, diantaranya gigi berlubang, retak, terkikis, kebanyakan makan permen ka...