Asuhan Keperawatan dengan Dispepsia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keluarga adalah anggota keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam keluarga yang berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yanga diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan dirumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak menjadi tindak lanjut oleh keluaga dirumah. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan sangat berhubungan atau sangagat signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga perawat mendapat dua keuntungan sekaligus, keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan idividu dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus meperhatikan niali-niali dan budaya yang berlaku dalam masyarakat atau keluarga.
Pelayanan keperawatan dirumah merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan ditempat tinggal klien dan keluaraga sehingga klien tetap memiliki otonomi untuk memutuskan hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan. Perawat yang melakukan perawatan dirumah bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Namun di Indonesia belum ada lembaga atau organisasi perawat yang mengatur pelayanan keperawatan dirumah secara administratif. Perawatan yang diberikan dirumah-rumah khususnya oleh perawat komunitas masih besifat sukarela belum ada pengaturan imbalan atau jasa yang diberiakan. Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasisiwa unutk memperoleh pengalaman nyata dalam asuhan keperawatan keluarga terhadap keluarga yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai macam konsep dan teori keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai pendekatan.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang benar dan tepat pada keluarga dengan penderita Dispepsia melalui pendekatan penerapan proses keperawatan sebagai metode pemecahan masalah.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan askep keluarga ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian data yang benar dan tepat pada keluarga Ny. M dengan salah satu angota keluarga menderita Dispepsia.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang benar dan tepat pada keluarga Ny. M dengan salah satu anggota keluarga menderita Dispepsia.
3. Menyusun rencana keperawatan yang benar dan tepat pada keluarga Ny. M dengan Dispepsia.
4. Melaksanakan asuhan kperawatan yang benar dan tepat pada keluarga Ny. M dengan salah satu anggota keluarga menderita Dispepsia.
5. Mengevaluasi sejauh mana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan / dilakukan pada kleuarga Ny. M dengan salah satu anggota keluarga menderita Dispepsia.
C. Manfaat
1. Manfaat bagi praktek keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah Dispepsia
2. Manfaat bagi Institut
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada asuhan keperawatan keluarga
3. Manfaat Bagi keluarga
Untuk menambah pengetahuan tentang masalah Dispepsia
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Mengumpulkan data dengan cara melakukan anamnesa langsung kepada klien dan wawancara dengan keluarga Ny. M dan orang lain yang mengetahui informasi tentang klien.
b. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pengamatan langsung pada keadaan umum klien, pemeriksaan fisik dilakukan dengan melalui semua panca indra (head totoes) yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari kelurga (friedman, 1988).
Kelurga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak (UU No. 10, 1992).
2. Tipe-tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi tiga tipe, antara lain :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
b. Keluarga besar ( Extended Family) adalah keluarga inti ditambah keluarga lain masih mempunyai hubungan adalah (kakek, nenek, paman, dan bibi)
c. Orang tua tunggal (Single Parent) adalah keluarga lain yang terdiri dari satu orang dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal suami.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut parad dan Caplon (1965), dalam Friedman ada 4 yaitu :
a. Struktur peran keluarga menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan peranannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
b. Nilai norma keluarga menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga khususnya berhubungan dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah, ibu, orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga yang lain pada keluarga besar dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
4. Tahap-tahap Keluarga
Di indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar psikososial, ekonomi keluarga di masyarakat yaitu :
a. Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu kebutuhan pengakaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau indikator keluarga sejahtera tahap satu.
b. Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan, tempat tinggal atau transportasi.
c. Keluarga Sejahtera tahap II (Keluarga sejahtera II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga sejahtera tahap III (Keluarga sejahtera III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, psikologis dan kebutuhan pengembangan tetapi belum dapat memberikan sumbangan baik internal ataupun keluarga serta berperan aktif dengan menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan lain-lain.
e. Keluarga tahap IV (Plus) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial, perkembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata bagi masyarakat.
5. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman 1988 adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk memepersiapkan anggota keluarga untuk berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tekspot bersosialisasi (Social action and social placement function) adalah fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk kehidupan sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (The reproduction function) adalah fungsi untuk menghasilkan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi (The Economic function) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi atau tempat untuk mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan atau memenuhi kebutuhan kelaurga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The health care function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar memiliki produktifitas tinggi.
6. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipelihara dan dilakukan meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga yang merupakan kebutuhan yang tidak boleh dibiarkan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kegiatan sumber daya dan dana keluarga habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini merupakan upaya keluarga utama untuk mencari pertolongan yang tepat 77yang mempunyai kemampuan memutusan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
B. Konsep Dasar Penyakit Dispepsia
1. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dyspepsia (Mansjoer A). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
2. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan.
3. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
a) Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
b) Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
1) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esophagus.
2) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
3) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).
c) Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe.
d) Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan atau rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka.
b. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
1) Mencerna makanan secara mekanikal.
2) Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3) Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida
4) Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5) Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.
4. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
5. Manifestasi klinik
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan non farmakologis:
a) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang beda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
1. Data umum
Nama KK : Tn. M
Umur : 64 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Penghasilan : Rp.500.000 / bulan
Suku/bangsa : Aceh/Indonesia
Alamat : Desa Ceumpedak, Kec. Kuta Mukmur, Kab.Aceh Utara
2. Susunan komposisi keluarga
No Nama anggota keluarga Umur Hubungan dalam keluarga Pendidikan
L P
1
2
3
4
Mainunah
Zulbah Roni
Nurfazilah
Fatia Zuhra
19 Th
43 Th
17 Th
12 Th Istri
Anak
Anak
Anak
-
SMA
SMP
SMP
3. Genogram Keluarga
Ket:
= laki-laki
= perempuan
= Pasien
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 21 Maret 2017, klien mengeluh nyeri pada abdomen atas dan merasa demam dan mual.
b. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan, klien sering terlambat makan.
c. Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya juga pernah mengalami nyeri pada abdomennya, namun tidak terlalu lama.
d. Riwayat Kesehatan/ penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan klien tidak ada mengalami penyakit yang sama.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kilen tampak lemah dan terbaring ditenpat tidur, tingkat kesadran klien Composmentis dengan GCS 4, 5, 6.
Ket :
4 (Respon membuka mata spontan)
5 (Respon verbal orientasi baik)
6 (Respon motorik mengikuti perintah).
Hasil TTV klien :
TD : 120/ 70 mmHg
N : 84 x/menit
R : 22 x/menit
S : 39,2°C
C. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 Data Subjektif:
Ny. M mengeluh tidak nafsu makan ,merasa mual dan muntah jika makan.
Data Objektif:
- Porsi yang disajikan keluarga hanya mampu di habiskan ½ yang di habiskan.
- Ny. M sering merasa mual dan perih saat makan Risiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah Dispepsia.
2 Data Subjektif:
Ny. M mengeluh nyeri di hulu hati, sakit perut.
Data Objektif:
- Nyeri tekan pada area epigastrium, distensi abdomen.
- Ny. M tampak menahan nyeri saat di tekan di bagian abdomen.
Nyeri akut
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri.
3 Data Subjektif:
- Ny. M mengatakan susah dengan keadaanya
- Ny. M selalu bertanya tentang penyakitnya.
Data Objektif:
- Ny. M dan keluarga tampak bingung kerena ketidaktahuan keluarga tentang penyakit.
- Keluarga tampak lama dalam pengambilan tindakan perawatan Ny. M.
- Keluarga belum bisa menyesuaikan menu/ diet makanan yang dapat di konsumsi Ny. M yang mengalami masalah pencernaan.
- Keluarga dan Ny. M tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya. Defisit perawatan diri
Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang mengalmai Dispepsia.
D. Rumusan Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (PES)
1
Risiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Ny. M terutama Ny. M sendiri berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah Dispepsia ditandai dengan, Data Subjektif: Ny. M mengeluh tidak nafsu makan, merasa mual dan muntah Data Objektif: Porsi yang disajikan hanya mampu di habiskan ½ yang di habiskan, Ny. M sering merasa mual dan perih saat makan.
2
Nyeri akut pada keluarga Tn. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri ditandai dengan Data subjektif: Ny. M mengeluh nyeri di hulu hati, sakit perut. Data Objektif: Nyeri tekan pada area epigastrium, distensi abdomen, Ny. M tampak menahan nyeri saat di tekan di bagian abdomen.
3
Defisit perawatan diri pada keluarga Ny. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang mengalami Dispepsia. Data Subjektif: Ny. M mengatakan susah dengan keadaaanya, Ny. M selalu bertanya tentang penyakitnya. Data Objektif: Ny. M dan keluarga tampak bingung kerena ketidaktahuan keluarga tentang penyakit, Keluarga tampak lama dalam pengambilan tindakan perawatan Ny. M, Keluarga belum bisa menyesuaikan menu/ diet makanan yang dapat di konsumsi Ny. M yang mengalami masalah pencernaan, Keluarga dan Ny. M tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
E. Skoring Masalah
1. Risiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah Dispepsia.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: ancaman kesehatan 2x 1 = 2/3
3 Masalah belum terlihat terjadi namun berisiko kerena Ny. M dalam sebulan ini sakit perutnya kambuh kembali dan jarang makan karena mengeluh mual, perih dan sakit seperti terbakar sesudah makan.
2 Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian 1x2 = 1
2 Resiko bisa diatasi jika masalah sakit perut dan gangguan percernaan Ny. M dapat di hilangkan.
3 Potensial masalah untuk dicegah : cukup 2x1 = 2/3
3 Masalah yang terjadi belum tampak secara signifikan sehingga potensial masalah dapat di cegah, namun penyebab utamanya sulit untuk di hilangkan.
4 Menonjolnya masalah: ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani . 1x1 = 1/2
2 Ny. M tidak merasa bahwa kekuragan makan yang dialaminya tidak dianggap sebagai sesuatu masalah yang serius karena Ny. M memiliki BB yang lebih dari yang seharusnya, namun kurang makan malah memperparah keadaan penyakitnya.
Total skor 2 5/6
2. Nyeri akut pada keluarga Tn. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: tidak/kurang sehat. 3x 1 = 1
3 Ny. M mengeluh saat makan atau sesudah makan karena sakit sekali perutnya dan kadang-kadang menjalar ke kepala dan pundak.
2 Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian 1x2 = 1
2 Masalah nyeri terjadi karena masalah pencernaan Ny. M namun masalah bisa dapat dicegah karena Ny. M sudah terbiasa dan sering minum obat jika terjadi masalah nyeri sehingga masalah dapat dicegah dengan cepat namun terkadang Ny. M sudah bosan dengan obat sehingga kadang jarang diminumnya.
3 Potensial masalah untuk dicegah: tinggi 3x1 = 1
3 Masalah yang terjadi pada Ny. M sebenarnya sudah lama terjadi dan Ny. M sudah tahu minum obat jika mengalami sakit perut sehingga upaya yang dilakukannya sudah benar namun perlu mendapatkan informasi dan teknik perawatan yang mendetail untuk memaksimalkan perawatannya.
4 Menonjolnya masalah:
masalah berat harus segera ditangani 2x1 = 1
2 Ny. M mengatakan ini masalah yang harus bisa dihilangkan karena jika masih nyeri saat makan dirinya takut dan tidak nafsu makan.
Total skor 4
3. Defisit perawatan diri pada keluarga Ny. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang mengalami Dispepsia.
No kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: ancaman kesehatan 2x 1 = 2/3
3 Keluarga sudah mengetahui bahwa Ny. M mengalami masalah nyeri saat makan atau sesudah makan, sehingga keluarga membiarkan Ny. M tidak menghabiskan makanannya atau kadang jarang makan sehingga berisiko menimbulkan masalah lain yang tidak diketahui keluarga saat ini.
2 Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian 1x2 = 1
2 Perawatan pada Ny. M dapat dilakukan oleh anggota keluarga dan perawat bisa mengedukasikan cara perawatan kepada Ny. M dan membujuk Ny. M untuk bisa makan secara maksimal.
3 Potensial masalah untuk dicegah: cukup 2x1 = 2/3
3 Masalah dapat segera diatasi karena masalah yang terjadi belum signifikan namun bila diabaikan bisa menjadi masalah yang serius.
4 Menonjolnya masalah: masalah tidak dirasakannya. 0x1 = 0
2 Keluarga tidak mengetahui sepenuhnya masalah yang dialami Ny. M sehingga perawatan anggota keluarga belum maksimal dilakukan. Akan tetapi keluarga menganggap ini bukan masalah yang serius yang harus dipikirkannya.
Total skor 1 2/3
F. Priotitas Diagnosa Keperawatan
Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor
1 Nyeri akut pada keluarga Ny. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri.
4
2 Risiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Ny. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah Dispepsia.
2 5/6
3 Defisit perawatan diri pada keluarga Ny. M terutama Ny. M berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang mengalami Dispepsia.
1 2/3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PENGOBATAN HERBAL
OBAT SAKIT GIGI TRADISIONAL
Obat Sakit Gigi Tradisional Penyebab sakit gigi bisa beberapa hal, diantaranya gigi berlubang, retak, terkikis, kebanyakan makan permen ka...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru la...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningitis Ensefalitis Merupakan Penyakit Yang Menyerang System Saraf.Kebanyakan Penyakit...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar