ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
b. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:
a) Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b) Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c) Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d) Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e) Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
3. Sistematika
Untuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini kelompok mengkhususkan pembahasan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya menerapkan proses keperawatan melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Marah
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
a) Frustasi: sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b) Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
c) Kebutuhan akan status dan prestise: Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
Tanda dan Gejala:
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c) Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999).
2. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a) Memperlihatkan permusuhan
b) Mendekati orang lain dengan ancaman
c) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e) Mempunyai rencana untuk melukai
3. Rentang Respons Mara
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997).
a) Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b) Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c) Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d) Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e) Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
4. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak menyenangkan
c) Frustasi.
d) Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b) Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
c) Lingkungan : panas, padat, dan bising.
5. Tanda dan gejala
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
f) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
c. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
6. Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.
7. Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah:
a) Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b) Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
c) Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.
8. Perilaku Kekerasan
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a) Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
c) Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:
a) Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c) Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d) Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e) Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Nama : Tn. U
Umur : 47 tahun
Alamat : Desa Ujong Blang, Kec. Banda Sakti
Status : Menikah
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel klien mengamuk dan memukul pintu / jendela.
3. Faktor Predisposisi
a) Klien mengalami gangguan jiwa sejak 2 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah sakit jiwa Banda Aceh 1x.
b) Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.
c) Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya ada yang mengalami gangguan jiwa.
d) Klien mempunyai kebiasaan yang tidak baik selama sebelum klien mengalami gangguan jiwa karena klien pernah mengkonsumsi narkoba.
4. Psikososial
a. Konsep diri
a) Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang paling disukainya adalah bagian wajah, karena klien merasa wajahnya tampan..
b) Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum menikah dan klien anak ke dua dari lima bersaudara.
c) Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di saying dilingkungan masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.
d) Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang kaya.
e) Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ayah dan adiknya.
Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif
b. Spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin beribadah dan saat ini selama puasa klien tidak puasa dengan alasan karena klien sakit.
Masaalah Keperawatan : Distres spiritual
5. Status Mental
a. Penampilan
Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.
Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.
Klien menggunakan sandal.
b. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
c. Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah mampu mengendalikan emosinya yang labil.
d. Afek
Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.
e. Interaksi selama wawancara
Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
f. Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.
g. Proses pikir
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan karena dapat kooperatif.
6. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a) Masalah dengan dukungan kelompok (-)
b) Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.
MK : Harga Diri Rendah
c) Masalah dengan kesehatan (-)
d) Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ibu dan abangnya yang juga mengalami gangguan jiwa
7. Masalah Keperawatan
a) Prilaku kekerasan
b) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c) Harga diri rendah
d) Disstres spiritual.
8. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan dirumah marah-marah kepada ibunya karena keinginanya tidak dipenuhi dan merasa dibohongi. Serta klien memukul mengejar ibunya.
DO : face tegang, mudah tersinggung saat di ajak bicara, tatapan mata tajam, muka tampak merah. Perilaku Kekerasan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2 DS : klien mengatakan saat mempunyai masalah dipendam sendiri, tidak mau bercerita.
DO : pasien tidak banyak bicara, pasien berdiam diri Koping Individu Tidak Efektif Perilaku Kekerasan
9. Pohon Masalah
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Koping Individu Tidak Efektif
10. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan
b. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif.
11. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Criteria hasil Intervensi
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan TUM:
Kliendapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2:
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan penyebab kekerasan
TUK 3 :
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
TUK 4;
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
TUK 5;
Klien dapat mengidentikasi akibat perilaku kekerasan
TUK 6 :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
TUK 7 :
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai dengan program )
1. klien mau membalas salam
2. klien mau menjabat tangan
3. klien mau menyebut nama
4. klien mau tersenyum
5. klien mau kontak mata
6. klien mau mengetahui nama perawat
1. klien mengungkapkan perasaanya
2. klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah dari lingkungan atau orang lain
1. klien mampu mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel
2. klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
1. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah
1. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
• Akibat pada klien sendiri
• Akibat pada orang lain
• akibat pada lingkungan
1. klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara :
- Fisik: Tarik nafas dalam , olah raga, memukul bantal
- Verbal: Mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
2. klien dapat mendemonstrasikan cara fisik (memukul bantal) untuk mencegah perilaku kekerasan.
1. Klien dapat menyebut kan obat-obat yang di minum dan kegunaanya (jenis ,waktu,dosis,dan efek)
2. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan 1. beri salam panggil nama
2. sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
3. jelaskan maksud hubungan interaksi
4. jelaskan kontrak yang akan dibahas
5. beri rasa aman dan simpati
6. lakukan kontak mata singkat tapi sering
1. beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
2. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat marah
2. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
3. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala kesal yang di alami
1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien .
2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan klien masalahnya selesai
1. bicarakan akibat dan cara yang dilakukan klien
2. bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien
3. Tanya pada klien apakah ia ingin mempelajari cara yang baru dan yang sehat.
1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
3. Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut atau dengan role play
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara tersebut
5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang dipelajari saat jengkel atau marah.
1.Jelaskan jenis-jenis obat yang di minum pada klien dan keluarga.
2.Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter
3.Jelaskan prinsip benar minum obat(baca nama yg tertera pd botol obat,dosis obat ,waktu dan cara minum)
1.Anjurkan klien minum obat tepat waktu
2.Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenang kan
3.Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
12. Implementasi dan Evaluasi
Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat
2/ 06/2017
Senin
5/ 06/ 2017
1
SP 1
SP 2
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik
2. Menyapa klien dengan ramah,baik verbal maupun non verbal.
3. Memperkenal diri dengan sopan.
4. Menjelaskan tujuan pertemuan dengan lengkap
5. Menanyakan nama klien dengan lengkap.
6. Mengatakan dengan jujur dan menepati janji
7. Menunjukkan rasa empati dan menerima klien apa adanya.
8. Memberikan perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
1. Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku kekerasan dan penyebab.
2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab perilaku kekerasan
3. Memberikan pujian terhadap kemampuan klien memngungkap kan persaan nya.
S : Klien senang karena disapa oleh perawat.
O :
• Klien mau berjabat tangan
• Klien mau bercerita tentang diri nya
• Kontak mata cukup
A : Klien mampu membina hubungan saling percaya, SP 1 tercapai.
P : Lanjutkan SP 2, klien dapat mengidentifikasi penyebab marah.
K : Klien di minta untuk mencari penyebab marah.
S : Klien marah apabila keinginannya tidak terpenuhi
O :
• Klien dapat mengungkapkan perasaan marah atau jengkel.
• Klien tampak tegang tegangan dan tatapan mata tajam.
A : Klien mampu mengungkapkan penyebab marah atau jengkel,SP 2 tercapai.
P : Lanjutkan SP 3, klien dapat mengontrol dan penanganan perilaku kekerasan dengan cara sholat dan berdoa.
K : Klien diminta untuk mencari penyebab dan tanda marah yang belum di ungkapkan
Selasa
6/06/2017
12.30 SP 3
1. Mendiskusikan bersama klien tentang apa yang dirasakan saat klien marah
2. Mendiskusikan bersama klien tentang tanda-tanda perilaku kekerasan. S : klien saat marah akan berbicara dengan nada tinggi, tangan mengepal, matanya menatap tajam, wajahnya tampak merah.
O : pasien menunjukkan tanda-tanda :
Nada suara tinggi
Mata menatap tajam
Tangan mengepal.
A : klien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala saat marah atau jengkel. SP 3 tercapai.
P : Lanjutkan SP 4
K : klien diminta untuk mengidentifikasi perilaku kekerasan yang sering dilakukan.
Rabu
7/06/2017 SP 4 1. Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bias dilakukan.
2. Membantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan.
3. Membicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan oleh klien masalah akan teratasi. S : klien akan marah-marah apabila keinginanya tidak dipenuhi dan memukul pintu / jendela.
O : klien tampak Tegang, tangan mengepal, mata menatap tajam, wajah memerah.
A : klien mampu mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. SP 4 tercapai.
P : lanjutkan SP 5, klien dapat mengungkapkan perilaku yang sering dilakukan saat marah.
K :klien diminta untuk mengingat kembali akibat yang akan ditimbulkan.
Kamis
8/06/2017
11.15 SP 5 1. Membicarakan akibat atau kerugian dan cara yang dilakukan kilen pada saat marah
2. Menyimpulkan bersama klien akibat dari cara yang digunakan oleh klien
3. Menanyakan kepada klien apakah klien mau mempelajari cara-cara yang baru dan sehat S : klien sangat menyesal dan ingin minta maaf setelah dirinya marah – marah dan memukul ayahnya.
O : klien tampak : sedih, ingin menangis, mata menatap tajam, wajah memerah.
A : klien mampu mengungkapkan akibat atau kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukannya, SP 5 tercapai.
P : lanjutkan SP 6, klien dapat mengontrol perilaku yang sering dilakukan saat marah.
K : klien diminta untuk berlatih mengontrol marah dengan cara sholat dan berdoa.
Jumat
9/06/2017
9:25 Wib
Senin
12/06/2017 SP 6 1. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penanganan dengan cara sholan dan berdoa
2. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.
S : Klien mengatakan jarang sholat dan merasa doa nya tidak dikabulkan.
O : Klien tidak melaksanakan sholat dan berdoa.
A : SP 6 belum tercapai
P : Ulangi dan Pertahankan SP 6,
K : Klien diminta berlatih untuk meminum obat secara teratur
SP 7 1. Melatih klien minum obat dengan teratur
2. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan S : Klien mengatakan minum obat secara teratur setelah makan.
O : Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat.
A : SP 7 tercapai
P : Ulangi SP 6, dan pertahankan SP 1 – SP 7.
K : Klien diminta untuk mempertahankan apa yang telah dilakukan tadi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. U tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998).
2. Saran
a. Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
a) Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
b) Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain.
c) Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.
d) Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
e) Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
b. Untuk perawat :
a) Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
b) Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.
c) Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang konstruktif.
d) Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku Kedokteran , EGC, Jakarta.
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing. (Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby
Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PENGOBATAN HERBAL
OBAT SAKIT GIGI TRADISIONAL
Obat Sakit Gigi Tradisional Penyebab sakit gigi bisa beberapa hal, diantaranya gigi berlubang, retak, terkikis, kebanyakan makan permen ka...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru la...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningitis Ensefalitis Merupakan Penyakit Yang Menyerang System Saraf.Kebanyakan Penyakit...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar