BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pasien yang di rawat di rumah sakit umumnya dengan masalah fisik juga mengalami
psikososial seperti berdiam diri, merasa kecewa, malu dan merasa tida berguna
di sertai keraguan-keraguan dan kepecayaan diriyang kurang. Pemeriksaan
penunjang yang di lakukan pada pasien ( laboraturium, CT,Scan ) dan tindakan (
suntikan, infus, observasi rutin) sering membuat pasien sebagai objek, keluarga
juga sering merasakan kekhawatira untuk membicarakan keaadaan pasien.
Pasien dan keluarga sering tidak di ajak komunikasi, kurang di beri informasi
yang dapat mengakibatkan perasaan sedih, takut, marah, tidak berdaya karena
informasinya tidak jelas disertai ketidakpastian.
Dengan melakukan asuhaan keperawatan pada konsep dari pasien yang di
intergrasikan secara komprehensif pada program asuhan pasien dan kelurga pasien
mungkin dapat berperan serta” self care( perawatan diri) dan “ family support”
( dukungan keluarga dapat terwujud ).
Keadaan pasien dan keluarga ini dapat di
atasi dengan cara peningkatan kualitas asuhan pelayanan keperawatan. Salah satu
aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan keperawatan psikososial khususnya
perawatan konsep diri pasien dengan memberdayakan kelurga dan sistem pendukung pasien.
B. Ruang Lingkup
Dalam
menyelesaikan karya tulis ini, penyusun membatasi ruang lingkup makalah hanya
pada “ Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit DIARE.
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini bertujuan :
1. Untuk memenuhi sejauh mana perawat membuat
asuhan keperawatan.
2. Untuk menambah penggetahuan bagi perawat,
khususnya tentang pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakitDIARE.
3. Memberikan alternatif pemecahan masalah yang
mungkin berguna dan dapat di terima dalam pemberian Asuhan Keperawatan.
4. Untuk mengetahui gambaran tentang
penyakit DIARE.
BAB
II
LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair.
B.
PENYEBAB
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.
Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a)
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.
Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b)
Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2.
Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan:
karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir
rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan
menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
yaitu:
1.
Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak,
yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus
echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit
: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar
alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.
Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3.
Faktor makanan
4.
Faktor psikologis
C.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah
yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air
(output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik
asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan
Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda
kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan
berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan
dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi pasien akan meninggal.
D.
MANIFESTASI KLINIS DIARE
1. Mula-mula
anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan menggigil, nafsu makan berkurang
bahkan tidak ada, tinja menjadi cair bahkan mengandung darah dan lendir, berat
badan turun tungur kulit berkurang
2. Muntah
dapat terjadi sebelum dan sesudah diare
3. Bila
sudag banyak kehilangan cairan dan elitrolit maka akan terjadi dehidrasi
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan tinja
a)
Makroskopis dan mikroskopis
b)
Ph dan kadar gula dalam tinja
c)
Bila perlu diadakan uji bakteri
2.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH
dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
F.
KOMPLIKASI
1.
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.
Renjatan hipovolemik.
3.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4.
Hipoglikemia.
5.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan
.
G.
PENATLAKSANAAN
1. Medis
Dasar
pengobatan diare adalah:
a)
Pemberian
cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1)
Cairan
per oral
Pada pasien dengan
dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl
dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap
karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2)
Cairan
parentral
Diberikan pada pasien yang mengalami
dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
Ø
Untuk
anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
-
1
jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts
atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
-
7
jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15
tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
-
16
jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
Ø
Untuk
anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
-
1
jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit
(1 ml=20 tetes).
Ø
Untuk
anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
-
1
jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
-
7
jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
-
16
jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
Ø
Untuk
bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
-
Kebutuhan
cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
-
Kecepatan
: 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Ø
Untuk
bayi berat badan lahir rendah
-
Kebutuhan
cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1½ %).
b)
Pengobatan
dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1
tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
Ø
Susu
(ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
Ø
Makanan
setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
Ø
Susu
khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c)
Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang
hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain.
2.
Keperawatan
Masalah pasien diare yang
perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan
nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian
besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi
penularan pada pasien lain.
a.
Data
focus
1)
Hidrasi
-
Turgor
kulit
-
Membran
mukosa
-
Asupan
dan haluaran
2)
Abdomen
-
Nyeri
-
Kekauan
-
Bising
usus
-
Muntah-jumlah,
frekuensi dan karakteristik
-
Feses-jumlah,
frekuensi, dan karakteristik
-
Kram
-
Tenesmus
b.
Diagnosa
keperawatan
1)
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
intake dan out put.
2)
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.
3)
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan
frekuensi BAB.
4)
Cemas
berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan,
prosedur yang dilaksanakan.
5)
Kecemasan
keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.
c.
Intervensi
1)
Tingkatkan
dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
Ø
Pantau
cairan IV
Ø
Kaji
asupan dan keluaran
Ø
Kaji
status hidrasi
Ø
Pantau
berat badan harian
Ø
Pantau
kemampuan anak untuk rehidrasi.
2)
Cegah
iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
Ø
Kaji
kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi
cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna
seperti: pisang, nasi, roti atau asi.
Ø
Hindari
memberikan susu produk.
Ø
Konsultasikan
dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3)
Cegah
iritasi dan kerusakan kulit
Ø
Ganti
popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
Ø
Basuh
perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.
Ø
Berikan
salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan
mengiritasi kulit).
4)
Ikuti
tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk
pada kebijakan dan prosedur institusi).
5)
Penuhi
kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
Ø
Sediakan
mainan sesuai usia.
Ø
Masukan
rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
Ø
Dorong
pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
6)
Berikan
dukungan emosional keluarga.
Ø
Dorong
untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
Ø
Rujuk
layanan sosial bila perlu.
Ø
Beri
kenyamanan fisik dan psikologis.
7)
Rencana
pemulangan.
Ø
Ajarkan
orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.
Ø
Kuatkan
informasi tentang diet.
Ø
Beri
informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
Ø
Ajarkan
orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : AN. FN
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 2 tahun
Alamat :
Peurupok
No. RM :
09-98-71
Diagnosa medis : Diare
B.
Riwayat
Keperawatan
1.
Riwayat
keperawatan sekarang
a.
Keluhan
utama :
Pasien datang ke rumah sakit. Dari anamesa
yang di dapat dari ibu pasien dengan keluhan BAB lebih dari 5 kali, muntah saat
di beri makan, batuk-batuk dan menangis tidak keluar air mata.
b.
Riwayat
penyakit saat ini :
Ibu pasien mengatakan pada pagi
hari suhu badan pasien tinggi, 37 oC,
dan pada saat makan pasien muntah
C. Observasi dan Pengkajian Fisik (HEAD
TO TOE)
Keadaan Umum :
Tanda-tanda Vital
S : 37oC
N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
TD : 160/90 mmHg
D. Analisa Data
|
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
|
1.
|
DS
: Ibu pasien mengatakan BAB
lebih dari 5 x dengan kosentrasi tinja cair dan berbau busuk.
DO
: pasien terlihat lemah
.
Mata pasien tampak cekung
Tugor pasien kurang baik
|
Pengelura
cairan yang berlebihan
|
ganguan
keseimbang cairan dan elektrolit
|
|
2.
|
DS
: ibu pasien mengatakan masih sering muntah dan kurang
makan.
DO : pasien tidak mengahabis porsi makanan
yang disediakan
|
Muntah
|
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
|
|
3.
|
DS
: ibu pasien mengatakan
badan
panas
DO
: -Suhu tubuh
-Pasien tampak meringis kesakitan.
|
Preningkatan
suhu tubuh
|
Gangguan
rasa nyaman
|
|
4.
|
DS
: ibu pasien merasa cemas
dengan penyakit yang di derita
DO
: pasien nampak cemas pada saat di rumah sakit.
|
cemas
|
Kurang
pengetahuian / informasi
|
E. Diagnosa Keperawatan
1.
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubung dengan pengeluaran yang berlebihan
2.
perubahan
pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan peningkatn suhu tubuh
3.
gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubu
4.
cemas
berhubungan kurangnya pengetahuan/infomasi
tentang penyakit yang diderita pasien
F.
Intervensi
Keperawatan
|
No.
|
Dx.
keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
|
Dx
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, terjadi pengurangan cairan yang
berlebihan dengan KH:
Pasien
BAB berkurang dengan konsentrasi 1-2 kali sehari.
-
Pasien tampak sehat
-
Tanda-tanda vital
S
: 37oC
N
: 86 x/menit
RR
: 22 x/menit
TD : 160/90
mmHg
|
1. observasi tanda-tanda vital suhu, nadi
dan pernapasan
2. anjurkan pada pasien untuk tetap
mengatur waktu makan.
3.Kaji tingkat cairan dan elektrolit
|
·
Mengetahui
keadaaan umum pasien
·
Untuk
mengetahui pasien kurang nutrisi atau tidak
·
untuk
mengetahui berapa banyak kekrangan caiaran
|
|
2.
|
Dx
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, kluien mau makan dengan KH:
Menu
yang di sediakan telah habis di makan
|
1.
Kaji status pasien
Dan
faktor-faktor penyebab kurangnya intrake nutris kleni.
2.
Anjurn pada pasien, untuk makan dalam porsi kecil taapi sering.
3.
Hindari makanan yang keras dan makanan yang banyak mengandung lemak.
|
1.
Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien.
2.Mencegah
peransangan yang mendadak pada lambung.
3.Untuk
mrnghindarkan instansi pada daerah pencernaan
|
|
3.
|
Dx
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, menunjukan penurunan suhu tubuh
dengan KH:
-
suhu tubuh 37 C kembali normal
-
ibu pasien badan anaknya tidak panas lagi
|
1.
memberi kompres panas pada pasien
2.
observasi timbulnya nyeri
3.
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik.
|
1.menurunkan
suhu tubuh pasien
2.seberapa
jauh nyeri menentukana etiologi dan manifestasi terjadinya komplikasi
3.untuk
mengurangi tubuh pasien dari demam menjadi normal
|
|
4.
|
Dx
4
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, orang tua pasien mengetahui penyakit
yang di derita anaknya dengan KH:
Keluarga
dan ibu pasien dapat mengerti
tentang penyakit akut dan penyebab.
|
Berikan
pendidikan kesehatan pada keluarpasien
-berikan
pengertian penyakit yang di deritanya
-berikan
penjelasan penyebab dan efeknya.
|
Agar
pasien tahu dan mengerti
tentang penyakit yang di derita
|
G. Implementasi Keperawatan
|
No.
|
Dx.
Keperawatan
|
Implementasi
|
|
1.
|
Dx
I
|
1. Mengobservasi
tanda-tanda vital suhu, nadi dan pernapasan
2. Menganjurkan
pada pasien untuk tetap mengatur waktu makan.
3.Mengkaji
tingkat cairan dan elektrolit
|
|
Dx
II
|
1.
Mengkaji
status pasien Dan
faktor-faktor penyebab kurangnya intrake nutris kleni.
2.
Menganjurkan pada pasien, untuk
makan dalam porsi kecil taapi sering.
3.
Hindari
makanan yang keras dan makanan yang banyak mengandung lemak.
|
|
|
Dx
III
|
1.
memberikan kompres panas pada pasien
2.
Mengobservasi timbulnya nyeri
3.
Mengkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat antipiretik.
|
|
|
IV
|
1.
Memberikan
pendidikan kesehatan pada keluarpasien
2.
Memberikan
pengertian penyakit yang di deritanya
3.
Memberikan
penjelasan penyebab dan efeknya.
|
E. Evaluasi
Keperawatan
|
No.
|
Dx.
keperawatan
|
Evaluasi
|
|
1.
|
Dx
I
|
S:
Ibu pasien mengatakan anaknya BAB lebih dari 5 kali sehari da.n cair.
O
: pasien terlihat lemah
.
Mata pasien tampak cekung
Tugor pasien kurang baik
A
: Masalah belum teratasi.
P
: Lanjutkan intervensi.
|
|
Dx
II
|
S
: ibu pasien mengatakan anaknya kurang nafsu makan.
O
: pasien tidak mengahabis porsi makanan yang disediakan
A
: Masalah belum teratasi.
P
: Lanjutkan intervensi.
|
|
|
Dx. III
|
S
:pasien mengatakan badannya panas.
O
: -Suhu tubuh 37
C
-Pasien tampak meringis kesakitan
A
: Masalah belum teratasi.
P
: Lanjutkan intervensi.
I :
|
|
|
Dx
IV
|
S
: pasien mengatakan bahwa dia cemas akan penyakitnya.
O
: ibu pasien nampak cemas pada saat di rumah sakit
A
: Masalah belum teratasi.
P
: Lanjutkan intervensi.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Diare
juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan
suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.
DAFTAR PUSTAKA
Betz
Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Sachasin
Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F.
Jakarta, EGC
Arjatmo
T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Kejang
pada anak. www. Pediatik.com / knal.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar