BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan
manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen – patogen yang dapat
mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari saluran udara yang
ditandai dengan gejala variabel dan berulang, obstruksi aliran udara
berlangsung secara reversibel, dan bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin
meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in
Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat
tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di
Inggris dan di Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and
Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk
amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu
laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003
dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam
dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya
paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami
keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial
38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan
pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12
bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu,
total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun
dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit.
Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Asma Bronchiale.
B.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana
anatomi fisiologi dari system pernafasan?
b. Apa Definisi
dari Asma Bronkial?
c. Apa
klasifikasi dari Asma Bronkial ?
d. Apa etiologi
dari Asma Bronkial?
e. Apa
manifestasi klinis dari Asma Bronkial?
f. Bagaimana
patofisiologis dari Asma Bronkial?
g. Bagaiamana
pathway dari Asma Bronkial?
h. Bagaimana
penatalaksanaan dari Asma Bronkial?
i.
Bagaimana asuhan keperawatan dari Asma bronkial?
C.
Tujuan Penulis
a.
Untuk memenuhi
tugas Praktek Keperawatan Medikal Bedah.
b.
Untuk
Mengetahui konsep tentang Asma Brochial.
c.
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma Brochiale.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asma Broncheale
Asma
Broncheale adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh
meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan.
Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali seperti
semula, baik tanpa obat maupun dengan obat (Admin, 2011). Pengertian lain dari
asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible,
bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulus
tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.
B.
Epidemiologi
Menurut
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2010, Berdasarkan hasil surveilans penyakit
tidak menular berbasis rumah sakit di Sulawesi selatan pada tahun 2008.
Diperoleh informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 800 orang. Sedangkan
pada tahun 2009 sebanyak 870 orang, dan berdasarkan hasil surveilans penyakit
menular berbasis puskesmas di Sulawesi selatan pada tahun 2008. Diperoleh
informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 654 orang sedangkan pada tahun
2009 sebanyak 746 orang (Lindawati, 2011). Berdasarkan dari data yang diperoleh
dari bagian rekam medik, Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Jumlah
penderita asma bronchial pada tahun 2009 sebanyak 166 penderita, sedangkan pada
tahun 2010 terjadi penurunan yaitu sebanyak 121 penderita, sedangkan pada tahun
2011 terjadi peningkatan sebanyak 138 penderita.
C.
Penyebab
Etiologi
dari asma bronchial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:
a.
Faktor predisposisi
Genetik adalah factor predisposisi dari asma
Broncheale yang diturunkan berupa alerginya, meskipun belum diketahui cara
penurunannya karena dengan adanya alergi ini, penderita akan sangat mudah
terkena penyakitasmaBronchealejikaterpapardengan factor pencetusnya.
b.
Faktor presipitasi
a)
Alergen
Dimana alergen dapat menjadi 3 jenis, yaitu :
1)
Inhalan, yang masuk melalui saluran
pernapasan
Contohnya : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
2)
Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contohnya : makanan dan obat-obatan
3)
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti :
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal yang berhubungan dengan arah mata
angin adalah debu dan serbuk bunga.
b)
Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberta serangan asma yang sudah ada.
Jika stress masih belum bisa diatasi maka gejala asma juga belum bisa diobati.
c)
Lingkungan kerja
Lingkungankerjamempunyai hubungan langsung dengan
sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas.
d)
AktifitasFisik
Asma yang timbul karena aktifitasfisik terjadi bila seseorang mengalami
gejala-gejala asma selama atau setelah berolahraga atau melakukan aktifitas.
Pada saat penderita dalam keadaan istirahat, penderitaakan bernafas melalui
hidung. Sewaktu udara bergerak melalui hidung, udara itu dipanaskan dan menjadi
lembab. Saat melakukan aktifitas, pernafasan terjadi melalui mulut, nafasnya
semakin cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal ini dapat
menyebabkan otot yang peka di sekitar saluran pernafasan mengencang sehingga
saluran udara menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi lebih
sulit sehingga terjadilah gejalagejala asma (Muzayin, 2004). Sebagian besar
penderita asma akan menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga
terjadilah gejalagejala asma (Muzayin, 2004).
Berbagai
keadaan dapat meningkatkan hiperaktivitas saluran pernafasan seseorang yaitu :
a.
Inflamasi saluran pernafasan
Sel-sel inflamasi serta mediator kimia yang
dikeluarkan terbukti berkaitan erat dengan gejala asma dan HSN (Hiperaktivitas
Saluran Napas).
b.
Kerusakan epitel
Salah satu konsekuensi asma adalah kerusakan epitel.
Kerusakan ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Perubahan ini akan
menigkatkan penetrasi alergen, mediator inflamasi serta mengakibatkan iritasi
ujung-ujung saraf autonom.
c.
Mekanisme neurologis
Pada pasien asma terdapat peningkatan respon saraf
para simpatik.
d.
Gangguan instrinsik
Otot polos saluran pernapasan dan hipotrofi otot polos
pada saluran napas di duga berperan dalam HSN.
e.
Obstruksi saluran napas
Meskipun bukan penyebab utama tapi obstruksi diduga
ikut berperan dalam HSN.
(Suyono, Slamet. 2002: 22).
Menurut
NANDA etiologi dari asma adalah :
a.
Lingkungan, seperti asap rokok.
b.
Jalan napas, seperti spasme inhalasi
napas, perokok pasif, sekresi yang tertahan, dan sekresi di bronkus.
c.
Fisiologi, seperti inhalasi,
penyakit paru obstruksi kronik.
(Nanda, 2005: 4-5).
D.
Tanda dan
Gejala
Gambaran
klinis asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing) dan
sebagian penderita disertai nyeri dada). Pada awal serangan sering gejala tidak
jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek
atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada
perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid,
putih kadang-kadang purulent (Suyono, Slamet. 2002: 23).
Tandadangejala
yang ditemukanpadaanakdenganasmabronkhialadalah:
a.
Sesaknapas/dispnea.
b.
Batuk yang
disertailendir/batukkering.
c.
Nyeri dada.
d.
Adanya suara nafas mengi (wheezing),
yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada
malam hari.
e.
Kemerahan pada jaringan.
Gejala pada
asma yang lebih berat, antara lain:
a.
Barrel chest
b.
Sianosis
c.
Gangguan kesadaran
d.
Takikardi
e.
Peningkatan tekanan darah
f.
Pernafasan yang cepat dan dangkal.
E.
Patofisiologi
Ciri khas
pada asma Broncheale adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang disebabkan
oleh spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan atau edema
mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002;
Sundaru, 2001).Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi
bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Diameter
bronkiolus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal
ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pengukuran fungsi paru
(Spirometri)
Pengukuran fungsi paru bertujuan untuk mengukur volume paru secara static
dan dinamik dan untuk mengetahui gangguan pada faal paru. Cara yang paling
cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Tetapi respon yang kurang dari 20 % tidak
berarti bukan asma. Hal-hal tersebut bisa dijumpai pada pasien yang sudah
normal atau mendekati normal.
b.
Uji provokasi bronkus
Uji provokasi bronkus dilakukan untuk menunjukan adanya hiperreaktivitas
bronkus. Uji provokasi bronkus bermakna jika terjadi penurunan FEV1 sebasar 20
% atau lebih.
c.
Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam
tubuh.
d.
Analisa Gas Darah (AGD/
astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea, dan asidosis respiratorik. Pada pasien asma terdapat hasil
abnormal sebagai berikut:
a)
Analisa gas darah pada
umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau
asidosis.
b)
Kadang-kadang pada
darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c)
Hiponatremia dan kadar
leukosit di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
d)
Pada pemeriksaan
faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
e. Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil
sangat dominan pada bronkitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil,
kristal Charcot-Leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil, dan
Spiral Curshmann yaitu spiral yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang-cabang bronkus, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya miselium
Aspergillus fumigatus.
f. Pemeriksaan eosinofil total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma dan
hal ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik.
g.
Pemeriksaan Kadar IgE
total dan IgE spesifik dalam sputum
Fungsi dari pemeriksaan IgE total hanya untuk mendukung adanya atopi.
h. Foto dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghilangkan penyebab lainpada obstruksi
saluran napas dan untuk mengetahui adanya kecurigaan terhadap proses patologis
di paru atau komplikasi asma seperti pneumotorak, pneumomediastinum, ateleksis,
dan lain-lain (Suyono, Slamet. 2002).
G.
Penatalaksanaan
Keperawatan
Prinsip umum
pengobatan asma bronchial adalah :
a.
Menghilangkan obstruksi jalan nafas
dengan segara.
b.
Mengenal dan menghindari
fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c.
Memberikan penerangan kepada
penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun
tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan
yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Umum
Nama : An. A
Umur : 14 tahun
Alamat : Geudong
Pasee
Agama : Islam
Tgl Masuk : 6 April 2108
No. RM : 099792
Dx Medis : Asma
Bronchiale
2.
Riwayat
kesehatan
a.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian Pasien mengatakan bahwa asmanya kumat dan
merasa sesak ketika pasien kecapean.
b.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan bahwa menderita asma sudah sejak ± 1 tahun.
3. Pemeriksaan fisik
TD : 120/110
mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 30 x/menit
B.
Analisa Data
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
|
DS :
pasien mengatakan sering sesak disaat pasien mulai kecapean
DO: pasien
tampak memegang dadanya
|
Peningkatan produksi secret
|
Tidak bersihnya jalan nafas
|
|
DS: Pasien
mengatakan bahwa pasien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara
menanggulangi asma
DO :
·
Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, keluarga dan pasien
mengatakan tidak tahu
·
Fungsi intelektual sedang
·
Pasien lansia berumur 76 tahun
|
Kurangnya informasi
|
Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara
mengatasi/menanggulangi asma
|
|
DO:
·
Pasien mengatakan bahwa pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala
·
Pasien mengatakan batuk di malam hari disertai dengan keringat dingin.
DO :
·
RR : 30 x/mnt
·
N : 88 x/mnt
·
Usia 76 tahun, maka sistem imun berkurang
|
Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan
kerja silia)
|
Resiko tinggi terhadap infeksi
|
C.
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya kebersihan
jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret.
2. Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara
mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan Tidak
adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia).
D.
Intervensi
|
No
|
Diagnosa Keperawatn
|
Tujuan/ Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1
|
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret.
|
Tujuan :
Jalan nafas kembali efektif
setelah diberikan perawatan selama 2 hari
Kriteria Hasil :
·
Demam menurun
·
Tidak ada cemas
·
RR : normal
·
Irama nafas normal
·
Pergerakan sputum keluar dari
jalan nafas
·
Bebas dari suara nafas
tambahan
|
·
Kaji frekuensi pernafasan
catat rasio inspirasi dan ekspirasi
·
Kaji pasien untuk posisi yang
aman, misalnya peninggian kepala, tidak duduk pada sandaran
·
Observasi karakteristik batuk
menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keafektifan memperbaiki
upaya batuk
·
Berikan air hangat
|
·
Beberapa derajat spasme
bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas, bunyi nafas redup dengan
ekspirasi mengitak ada fungsi nafas (asma berat)
·
Peninggian kepala mempermudah
fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
·
Batuk dapat menetap tetapi
tidak efektif, khususnya pada pasien lansia, sakit akut/ kelemahan.
·
Membebaskan spasme jalan
nafas,mengi dan produksi mucus.
·
Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas, memberikan kelembapan pada membrane mukosa dan
membantu pengurangan secret.
|
|
2
|
Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma
berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 1 x maka :
Kriteria Hasil:
·
Pasien tahu tentang asma dan tanda gejalanya
·
Pasien tahu cara menanggulangi asma/mencegah asma
|
·
Jelaskan proses penyakit individu
·
Instruksikan untuk latihan nafas dan batuk efektif
|
·
Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada
rencana pengobatan
·
Nafas bibir dan nafas abdominal/diagfragmatik menguatkan otot
pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan membentu
mengontrol dispnea
2.
|
|
3
|
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya
imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia).
|
Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 1 x maka :
Kriteria Hasil:
·
Pasien dapat menjaga kondisi tubuh agar tidak rentan terhadap penyakit
·
Pasien tidak rentan terhadap batuk terutama pada malam hari yang kadang
disertai keringat dingin
|
·
Anjurkan pasien untuk awasi suhu (mis : jika terjadi panas).
·
Kaji pentingnya latihan nafas, perubahan posisi sering (mis : berikan
posisi semifowler jika sesak kambuh)
·
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat dikerjakan oleh pasien.
·
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuang tisue, tekankan cuci tangan
yang benar
·
Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
|
·
Demam dapat terjadi karena infeksi/dehidrasi
·
Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk
menurunkan resiko terjadinya infeksi paru
·
Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan O2meningkatkan
penyembuhan
·
Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
·
Malnutrisi dapat mempengaruhi kes umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi
|
E.
Implementasi dan Evaluasi
|
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1
|
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret.
|
·
Mengkaji frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan
ekspirasi
·
mengkaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya peninggian
kepala, tidak duduk pada sandaran
·
Mengobservasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan untuk keafektifan memperbaiki upaya batukerikan air
hangat.
|
S:
Pasien
mengatakan merasa aman dengan posisi meninggikan kepalanya dan tidak duduk
pada sandaran
O:
Pasien tampak
merasa aman dengan posisi meninggikan kepala dan tidak duduk pada sandaran.
A:
Masalah
keperawatan dengan tidak efektifnya jalan nafas teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
|
|
2
|
Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma
berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
·
Menjelaskan proses penyakit individu
·
Menginstruksikan untuk latihan nafas dan batuk efektif
|
S:
Keluarga dan Pasien
mulai mengulangi apa yang sudah di jelaskan dengan bahasa sendiri.
O:
Keluarga dan Pasien
mulai mengerti dengan penyakitnya sekarang.
A:
Masalah
keperawatan dengan pengetahuan sudah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
|
|
3
|
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya
imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia).
|
·
Menganjurkan pasien untuk awasi suhu (mis : jika terjadi panas).
·
Mengkaji pentingnya latihan nafas, perubahan posisi sering (mis : berikan
posisi semifowler jika sesak kambuh).
·
Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat dikerjakan oleh pasien.
·
Menunjukkan dan bantu pasien tentang pembuang tisue, tekankan cuci tangan
yang benar
·
Mendiskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
|
S:
Pasien
mengatakan jika sesaknya kambuh maka akan melakukan posisi semifoyler.
O:
Pasien tampak
melakukan aktivitas yang dapat di kerjakannya.
A:
Masalah
keperawatan sudah teratsi.
P:
Intervensi
dihentikan.
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh periode episodik spasma otot-otot polos dalam dinding saluran udara
bronchial (spasma bronkus). Spasma bronkus ini menyempitkan jalan nafas
sehingga membuat pernafasan menjadi sulit (dispneal), menimbulkan bunyi mengi
dan batuk.
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. S dengan asma
didapatkan data seperti : pasien akan sesak jika terjadi perubahan cuaca yang
ekstrim, ada riwayat asma sebelumnya, sesak nafas jika melakukan aktifitas
berat, berbicara terengah-engah dan posisi duduk kedua tangan memegang lutut,
badan dicondongkan ke depan maka diagnosa yang muncul yaitu : risiko terjadi
asma berulang. Agar asma itu tidak kambuh maka dilakukan intervensi seperti
menganjurkan untuk menghindari penyebab asma misalnya lingkungan dengan suhu
ekstrim, polusi udara, serbuk, dan lain-lain.
B.
Saran
1.
Jika
penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa menimbulkan
asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu kucing, debu, dan lain-lain.
2.
Gunakanlah
masker jika asma ditimbulkan oleh debu.
3.
Bagi
perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma khususnya
lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta
: EGC.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik – ed 2. Jakarta :
EGC.
Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Subuea, Hardin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua.
Jakarta : Rineka Cipta.
Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam – ed. 3.
Jakarta : EGC.
Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar