BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita.
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM .
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnyaGDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) Apa pengertian Diabetes Militus(DM)?
2) Apa saja type Diabetes Militus?
3) Apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Militus?
4) Apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
5) Bagaimana cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus?
6) Bagaimana hubungan Diabetes Militus dengan anggota tubuh?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai dari penelitian ini
adalah :
1) Untuk mengetahui pengertian Diabetes Militus
2) Untuk mengetahui apa saja type Diabetes Militus
3) Untuk mengetahui apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Militus
4) Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab Diabetes Militus
5) Untuk mengetahui cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus
6) Untuk mengetahui hubungan Diabetes Militus dengan anggota tubuh
2. Tujuan khusus
1) Mampu melaksanakan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap dengan benar dan tepat.
2) Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
3) Mampu melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
4) Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan Mampu membuat pendokumentasian menggunakan SOAP.
BAB II
TINJAUAN TEORITAS
A. Pengertian
Diabetes Militus adalah keadaan kronik,yang berkarakteristik penyakit progresif oleh ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang menuju pada hiperglikemia(peningkatan gula darah). Diabetes militus mengacu sebagai “gula yang tinggi” oleh pasien dan penyedia perawatan kesehatan (Jane Hokanson Hawks.2005).
Diabetes melitus tipe 2 yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes onset dewasa – merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Penyakit diabetes melitus jenis ini merupakan kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana terdapat defisiensi insulin mutlak akibat rusaknya sel islet di pankreas. Gejala klasiknya antara lain haus berlebihan, sering berkemih, dan lapar terus-menerus. Diabetes tipe 2 berjumlah 90% dari seluruh kasus diabetes dan 10% sisanya terutama merupakan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional. Kegemukan diduga merupakan penyebab utama diabetes tipe 2 pada orang yang secara genetik memiliki kecenderungan penyakit ini. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Diabetes militus tipe 2,biasanya disebut NIDDM,adalah kerusakan genetik dan faktor lingkungan. DM tipe 2 adalah tipe paling umum dari diabetes militus yang meliputi 90% dari semua populasi diabetes. Biasanya didiagnosa setelah umur 40 tahun dan umumnya menyerang orang dewasa, orang yang gemuk dan pastinya populasi etnik dan ras (Jane Hokanson Hawks, 2005).
Diabetes militus tipe 2,dulunya disebut NIDDM(non-insulin-dependent diabetes militus),terdiri dari 90%-95% dari contoh diabetes. Dimulai dengan perlawanan insulin,sebuah situasi dimana sel tidak seluruhnya menggunakan insulin. Sebagai kebutuhan untuk meningkatkan insulin,pankreas berlangsung kehilangan kemampuan untuk memproduksinya. DM tipe 2 mempunyai kecenderungan mempertahankan hidup dari padaa tipe 1 dan tidak menimbulkan diabetes ketoasidosis (Susan C. Dewit, 2007).
B. Type – type Diabetes Militus
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma:
a) Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
b) Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin.
c) Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
Not insulin requiring diabetes.
C. Etiologi
Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes tipe 2 :
Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)
Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl
Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT).
Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4.500 gram
Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)
Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi insulin
D. Tanda dan gejala Diabetes Militus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1) Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2) Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4) Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5) Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6) Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7) Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8) Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9) Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10) Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
E. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas dari diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonkotik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliura, polidipsia, luka pada kulit yang lama tak sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur.
Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%) penyakit diabetes tipe II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konskuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati, perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa ditegakkan.
Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat badan. Karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektifitas insulin. Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan jika diet dan latihan tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Jika penggunaan obat oral dengan dosis maksimal tidak berhasil menurunkan kadar glukosa hingga tingkat yang memuaskan, maka insulin dapat digunakan. Sebagian pasien memerlukan insulin untuk sementara waktu selama periode stress fisiologik yang akut, seperti selama sakit atau pembedahan (Brunner & Suddart, 2002).
F. Komplikasi
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
Komplikasi jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan yg terkena Yg terjadi Komplikasi
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek & bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki & tangan, impoten & infeksi
Mata Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi kebutaan
Ginjal Penebalan pembuluh darah ginjal
Protein bocor ke dalam air kemih
Darah tidak disaring secara normal Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal
Saraf Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal & karena aliran darah berkurang Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan
Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki.
Kerusakan saraf menahun
Sistem saraf otonom Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah & saluran pencernaan Tekanan darah yg naik-turun Kesulitan menelan & perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg menyebabkan cedera berulang Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
Penyembuhan luka yg jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih & kulit
Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren
G. Terapi
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
H. Penatalaksanaan
penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes. Ada 3 tujuan, yakni:
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah
Jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
Tujuan akhirnya adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas DM
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarka perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nama : Ny. B
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe II
B. Data subjektif
Keluhan utama
pasien mengatakan pusing, lemas dan merasa nyeri.
Riwayat penyakit sekarang
klien merasa lemas, pusing.
C. Data Objektif
klien tampak pucat, lemas.
D. Analisa data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : pasien mengatakan lemas.
DO : pasien tampak pucat Perubahan metabolisme glukosa Gangguan pemenuhan nutrisi
DS : Pasien mengatakan merasa pegal di kaki sebelah kiri.
DO : di kaki sebelah kiri pasien tanpak adanya luka Kelemahan di bagian tubuh,luka di extermitas kiri bawah.
Intoleransi aktivitas
DS : pasien mengatakan kadar gula tinggi.
DO : luka pasien yang tidak sembuh-sembuh.
KGDS : 499 mg/dl kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi Resiko terjadinya infeksi
E. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan metabolisme glukosa.
2. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan anggota tubuh, luka pada ekstremitas kiri bawah.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
4. Kerusakan Integritas kulit dan jaringan b.d gangguan sirkulasi darah diekstremitas kiri bawah
5. Cemas b.d dengan kurangnya pengetahuan pasien cara merawat luka.
F. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan metabolisme glukosa.
Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
BB stabil, nilai lab normal
Timbang berat badan tiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3
Kolaborasi dengan ahli diet
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
2 Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan anggota tubuh, luka pada ekstremitas kiri bawah.
Tujuan :
Pada pasien tidak terjadi kelelahan dengan penurunan produksi energi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energy
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Membuat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup / tanpa diganggu.
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD sebelum / sesudah melakukan aktivitas. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
Mencegah kelelahan yang berlebihan.
Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologi
3 Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan :
Untuk menurun kadar glukosa pada pasien.
Kriteria hasil :
Mencegah resiko terjadinya infeksi. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi nasokomial.
Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri. Mencegah timbulnya infeksi nasokomial.
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi.
Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
Untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi pada pasien.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
Dapat mencegah terjadinya infeksi.
dapat mencegah terjadinya sepsis pada pada pasien.
G. Implementasi dan Evaluasi
No. Dx Implementasi Evaluasi
1 Menimbang berat badan tiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Menentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Memantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3
Mengkolaborasi dengan ahli diet
S : keluarga pasien mengatakan pasien sudah mulai membaik.
O : pasien tanpak gembira dan sudah mudah di ajak ngomong.
A : pasien mulai ceria.
P : intervensi masih di lanjutkan
2 Mendiskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Membuat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Memberi aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup / tanpa diganggu.
Memantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD sebelum / sesudah melakukan aktivitas. S : keluarga pasien mengatakan pasien sudah mulai membaik.
O : pasien mulai bergerak.
A : pasien mulai bergerak dan berbicara.
P : Intervensi di lanjutkan.
3 Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi nasokomial.
Meningkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri. Mencegah timbulnya infeksi nasokomial.
Memberikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi.
Mengkolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
S : keluarga mengatakan tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi pada pasien.
O : Tidak ada luka pada pasien
A : pasien tanpak sehat.
P : Intervensi di lanjutkan.
H. Terapi yang sudah di berikan
Ivfd : RL - 20 tts/m
: ammofluid iFls /tts
Inj : meropenem 1gr ? 12 jam
OMZ 1vial / 12 jam
Ondabsetron 1amp / 12jam
Kalnex 500mg / 12 jam
Dopamin 10cc / jam ( strying pump)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Militus adalah keadaan kronik,yang berkarakteristik penyakit progresif oleh ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang menuju pada hiperglikemia(peningkatan gula darah). Diabetes militus mengacu sebagai “gula yang tinggi” oleh pasien dan penyedia perawatan kesehatan. Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungandengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah selanjutnya kami dapat membuat yang lebih sempurna lagi. karena menurut kami makalah yang telah kami buat ini kurang sempurna karena kami masih dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Jane Hokanson Hawks. 2005.Buku Ajar:MEDICAL SURGICAL NURSING, EDISI 8,VOL 1,hal:1062.
Susan C. Dewit.2007.Buku Ajar : Medical Surgical Nursing.hal : 910
http://jfikriamrullah.wordpress.com/2012/03/30/laporan-pendahuluan-diabetes-melitus-dm-patofisiologi-definisi-etiologi-klasifikasi-manifestasi-klinik/
http://diabetesmelitus.org/penyebab-diabetes-melitus/#ixzz2gecLE4Wf
http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus_tipe_2
http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus#Klasifikasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PENGOBATAN HERBAL
OBAT SAKIT GIGI TRADISIONAL
Obat Sakit Gigi Tradisional Penyebab sakit gigi bisa beberapa hal, diantaranya gigi berlubang, retak, terkikis, kebanyakan makan permen ka...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru la...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningitis Ensefalitis Merupakan Penyakit Yang Menyerang System Saraf.Kebanyakan Penyakit...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar