OBAT SAKIT GIGI TRADISIONAL

 

Obat Sakit Gigi Tradisional


Penyebab sakit gigi bisa beberapa hal, diantaranya gigi berlubang, retak, terkikis, kebanyakan makan permen karet, atau bahkan gusi yang terinfeksi. Nah, berikut ini beberapa ramuan tradisional untuk mengobati sakit gigi

Bawang putih

Berdasarkan buku Jude’s Herbal Home Remedies yang ditulis oleh Jude C. Todd, bawang putih dapat menyembuhkan sakit gigi atau gigi berlubang karena mengandung senyawa antiseptik. Ambil satu siung bawang putih dan letakkan di gigi. Lakukan selama 5 menit, kemudian keluarkan bawang putih dan bilas mulut dengan air hangat.

 

Daun Cengkeh

Cengkeh merupakan rempah yang menjadi bahan dalam pembuatan rokok. Namun, daun cengkeh ternyata memiliki khasiat untuk mengobati sakit gigi. Caranya, cuci beberapa helai daun cengkih, seduh dengan air mendidih, kemudian dilumatkan. Peras dengan kain. Basahi kapas dengan cairannya, jejalkan ke lubang gigi yang sakit.

 

Getah Jarak

Tanaman jarak memang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia. Selain minyak buah jarak yang sekarang sedang diupayakan sebagai bahan bakar alternatif, getah dari pohon jarak ini ternyata berkhasiat mengobati sakit gigi berlubang. Caranya gampang, hanya dengan meneteskan getah jarak pada gigi yang berlubang. Atau bisa juga dengan mengambil getah jarak menggunakan kapas, kemudian masukkan kapas pada gigi yang berlubang.

 

Akar Kangkung

Siapa sangka sayuran yang bisa bikin ngantuk jika dikonsumsi terlalu banyak ini bisa juga dijadikan sebagai obat untuk mengatasi sakit gigi. Caranya: Sediakan segenggam akar kangkung, 1/2 sdt cuka, direbus dengan 1 gelas air. Gunakan air rebusannya untuk berkumur.

 

Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan

Manfaat Daun Kelor dalam Meningkatkan Produksi ASI

Daun kelor (Moringa oleifera) dikenal sebagai superfood yang kaya nutrisi dan memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Sejak lama, daun kelor telah digunakan sebagai galactagogue alami—zat yang merangsang produksi ASI—dan kini semakin banyak penelitian yang mendukung manfaatnya bagi ibu menyusui.

Kandungan Nutrisi Daun Kelor

Daun kelor mengandung berbagai nutrisi penting yang berkontribusi pada produksi ASI, antara lain:


Protein: Membantu mempercepat regenerasi sel dan mendukung kesehatan ibu serta bayi.
Zat Besi: Mencegah anemia yang dapat menghambat produksi ASI.
Kalsium: Penting untuk kekuatan tulang ibu dan perkembangan bayi.
Vitamin A dan C: Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan ibu serta bayi.
Fitosterol: Senyawa yang dapat merangsang produksi hormon prolaktin, yang berperan dalam meningkatkan ASI.

Manfaat Daun Kelor untuk Ibu Menyusui

Meningkatkan Produksi ASI
Daun kelor telah terbukti dapat meningkatkan produksi ASI dalam waktu singkat. Kandungan fitosterolnya merangsang kelenjar susu untuk menghasilkan lebih banyak ASI.

Meningkatkan Kualitas ASI
ASI yang kaya nutrisi sangat penting bagi bayi. Daun kelor membantu meningkatkan kandungan vitamin dan mineral dalam ASI, mendukung pertumbuhan optimal bayi.

Menjaga Stamina Ibu
Setelah melahirkan, ibu sering mengalami kelelahan. Daun kelor yang kaya zat besi dan protein membantu meningkatkan energi dan mencegah anemia.

Mempercepat Pemulihan Pasca Melahirkan
Nutrisi dalam daun kelor, terutama protein dan antioksidan, membantu proses penyembuhan tubuh setelah melahirkan.

Cara Mengonsumsi Daun Kelor

Daun kelor bisa dikonsumsi dalam berbagai bentuk, seperti:

Teh daun kelor: Seduh daun kelor kering dengan air panas dan minum sebagai teh herbal.
Sayur bening kelor: Masukkan daun kelor ke dalam sayur bening untuk asupan harian.
Kapsul atau bubuk kelor: Alternatif praktis untuk mendapatkan manfaatnya.
Jus atau smoothie: Campurkan bubuk kelor dengan buah dan susu untuk minuman sehat.

Kesimpulan

Daun kelor adalah pilihan alami yang dapat membantu meningkatkan produksi dan kualitas ASI, sekaligus menjaga kesehatan ibu menyusui. Dengan kandungan gizinya yang kaya, daun kelor tidak hanya mendukung laktasi, tetapi juga memberikan energi dan mempercepat pemulihan pasca melahirkan. Konsumsi daun kelor secara teratur dalam berbagai bentuk dapat menjadi solusi efektif bagi ibu menyusui yang ingin meningkatkan produksi ASI mereka secara alami.


 

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCIALIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen – patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang, obstruksi aliran udara berlangsung secara reversibel, dan bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan Keperawatan Pasien dengan Asma Bronchiale.
B.       Rumusan Masalah
a.       Bagaimana anatomi fisiologi dari system pernafasan?
b.      Apa Definisi dari Asma Bronkial?
c.       Apa klasifikasi dari Asma Bronkial ?
d.      Apa etiologi dari Asma Bronkial?
e.       Apa manifestasi klinis dari Asma Bronkial?
f.       Bagaimana patofisiologis dari Asma Bronkial?
g.      Bagaiamana pathway dari Asma Bronkial?
h.      Bagaimana penatalaksanaan dari Asma Bronkial?
i.        Bagaimana asuhan keperawatan dari Asma bronkial?


C.      Tujuan Penulis
a.         Untuk memenuhi tugas Praktek Keperawatan Medikal Bedah.
b.         Untuk Mengetahui konsep tentang Asma Brochial.
c.         Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma Brochiale.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Asma Broncheale
Asma Broncheale adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan. Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali seperti semula, baik tanpa obat maupun dengan obat (Admin, 2011). Pengertian lain dari asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.

B.       Epidemiologi
Menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2010, Berdasarkan hasil surveilans penyakit tidak menular berbasis rumah sakit di Sulawesi selatan pada tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 800 orang. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 870 orang, dan berdasarkan hasil surveilans penyakit menular berbasis puskesmas di Sulawesi selatan pada tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 654 orang sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 746 orang (Lindawati, 2011). Berdasarkan dari data yang diperoleh dari bagian rekam medik, Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Jumlah penderita asma bronchial pada tahun 2009 sebanyak 166 penderita, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan yaitu sebanyak 121 penderita, sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebanyak 138 penderita.

C.      Penyebab
Etiologi dari asma bronchial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:

a.       Faktor predisposisi
Genetik adalah factor predisposisi dari asma Broncheale yang diturunkan berupa alerginya, meskipun belum diketahui cara penurunannya karena dengan adanya alergi ini, penderita akan sangat mudah terkena penyakitasmaBronchealejikaterpapardengan factor pencetusnya.
b.      Faktor presipitasi
a)      Alergen
Dimana alergen dapat menjadi 3 jenis, yaitu :
1)        Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contohnya : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2)        Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contohnya : makanan dan obat-obatan
3)        Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal yang berhubungan dengan arah mata angin adalah debu dan serbuk bunga.
b)      Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberta serangan asma yang sudah ada. Jika stress masih belum bisa diatasi maka gejala asma juga belum bisa diobati.
c)      Lingkungan kerja
Lingkungankerjamempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.


d)     AktifitasFisik
Asma yang timbul karena aktifitasfisik terjadi bila seseorang mengalami gejala-gejala asma selama atau setelah berolahraga atau melakukan aktifitas. Pada saat penderita dalam keadaan istirahat, penderitaakan bernafas melalui hidung. Sewaktu udara bergerak melalui hidung, udara itu dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan aktifitas, pernafasan terjadi melalui mulut, nafasnya semakin cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal ini dapat menyebabkan otot yang peka di sekitar saluran pernafasan mengencang sehingga saluran udara menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejalagejala asma (Muzayin, 2004). Sebagian besar penderita asma akan menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejalagejala asma (Muzayin, 2004).
Berbagai keadaan dapat meningkatkan hiperaktivitas saluran pernafasan seseorang yaitu :
a.       Inflamasi saluran pernafasan
Sel-sel inflamasi serta mediator kimia yang dikeluarkan terbukti berkaitan erat dengan gejala asma dan HSN (Hiperaktivitas Saluran Napas).
b.      Kerusakan epitel
Salah satu konsekuensi asma adalah kerusakan epitel. Kerusakan ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Perubahan ini akan menigkatkan penetrasi alergen, mediator inflamasi serta mengakibatkan iritasi ujung-ujung saraf autonom.
c.       Mekanisme neurologis
Pada pasien asma terdapat peningkatan respon saraf para simpatik.
d.      Gangguan instrinsik
Otot polos saluran pernapasan dan hipotrofi otot polos pada saluran napas di duga berperan dalam HSN.


e.       Obstruksi saluran napas
Meskipun bukan penyebab utama tapi obstruksi diduga ikut berperan dalam HSN.
(Suyono, Slamet. 2002: 22).
Menurut NANDA etiologi dari asma adalah :
a.       Lingkungan, seperti asap rokok.
b.      Jalan napas, seperti spasme inhalasi napas, perokok pasif, sekresi yang tertahan, dan sekresi di bronkus.
c.       Fisiologi, seperti inhalasi, penyakit paru obstruksi kronik.
       (Nanda, 2005: 4-5).

D.      Tanda dan Gejala
Gambaran klinis asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing) dan sebagian penderita disertai nyeri dada). Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent (Suyono, Slamet. 2002: 23).
Tandadangejala yang ditemukanpadaanakdenganasmabronkhialadalah:
a.       Sesaknapas/dispnea.
b.      Batuk yang disertailendir/batukkering.
c.       Nyeri dada.
d.      Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.
e.       Kemerahan pada jaringan.
Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain:
a.       Barrel chest
b.      Sianosis
c.       Gangguan kesadaran
d.      Takikardi
e.       Peningkatan tekanan darah
f.       Pernafasan yang cepat dan dangkal.

E.       Patofisiologi
Ciri khas pada asma Broncheale adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang disebabkan oleh spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002; Sundaru, 2001).Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Diameter bronkiolus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

F.       Pemeriksaan Diagnostik
a.         Pengukuran fungsi paru (Spirometri)
Pengukuran fungsi paru bertujuan untuk mengukur volume paru secara static dan dinamik dan untuk mengetahui gangguan pada faal paru. Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Tetapi respon yang kurang dari 20 % tidak berarti bukan asma. Hal-hal tersebut bisa dijumpai pada pasien yang sudah normal atau mendekati normal.
b.         Uji provokasi bronkus
Uji provokasi bronkus dilakukan untuk menunjukan adanya hiperreaktivitas bronkus. Uji provokasi bronkus bermakna jika terjadi penurunan FEV1 sebasar 20 % atau lebih.
c.         Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
d.        Analisa Gas Darah (AGD/ astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik. Pada pasien asma terdapat hasil abnormal sebagai berikut:
a)        Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b)        Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c)        Hiponatremia dan kadar leukosit di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
d)       Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

e.       Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronkitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot-Leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil, dan Spiral Curshmann yaitu spiral yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang-cabang bronkus, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya miselium Aspergillus fumigatus.
f.       Pemeriksaan eosinofil total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma dan hal ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik.
g.         Pemeriksaan Kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
Fungsi dari pemeriksaan IgE total hanya untuk mendukung adanya atopi.
h.      Foto dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghilangkan penyebab lainpada obstruksi saluran napas dan untuk mengetahui adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma seperti pneumotorak, pneumomediastinum, ateleksis, dan lain-lain (Suyono, Slamet. 2002).

G.      Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a.       Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b.      Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c.       Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.      Pengkajian
1.      Identitas Umum
Nama               : An. A
Umur               : 14  tahun
Alamat            : Geudong Pasee
Agama             : Islam
Tgl Masuk       : 6 April 2108
No. RM           : 099792
Dx Medis        : Asma Bronchiale
2.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian Pasien mengatakan bahwa asmanya kumat dan merasa sesak ketika pasien kecapean.
b.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan bahwa  menderita asma sudah sejak ± 1 tahun.
3.      Pemeriksaan fisik
TD                   : 120/110 mmHg
Nadi                : 88 x/menit
RR                   : 30     x/menit

B.       Analisa Data
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
DS : pasien mengatakan sering sesak disaat pasien mulai kecapean
DO: pasien tampak memegang dadanya
Peningkatan produksi secret
Tidak bersihnya jalan nafas
DS: Pasien mengatakan bahwa pasien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma
DO : 
·         Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, keluarga dan pasien mengatakan tidak tahu
·         Fungsi intelektual sedang
·         Pasien lansia berumur 76 tahun

Kurangnya informasi
Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma
DO:
·         Pasien mengatakan bahwa pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala
·         Pasien mengatakan batuk di malam hari disertai dengan keringat dingin.
DO :
·         RR : 30 x/mnt
·         N : 88 x/mnt
·         Usia 76 tahun, maka sistem imun berkurang

Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia)
Resiko tinggi terhadap infeksi

C.      Diagnosa Keperawatan
1.      Tidak efektifnya  kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret.
2.      Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurangnya informasi.
3.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia).


























D.      Intervensi
No
Diagnosa Keperawatn
Tujuan/ Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret.

Tujuan :
Jalan nafas kembali efektif setelah diberikan perawatan selama 2 hari

Kriteria Hasil :
·         Demam menurun
·         Tidak ada cemas
·         RR : normal
·         Irama nafas normal
·         Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
·         Bebas dari suara nafas tambahan
·         Kaji frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi
·         Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya peninggian kepala, tidak duduk pada sandaran
·         Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keafektifan memperbaiki upaya batuk
·         Berikan air hangat

·         Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengitak ada fungsi nafas (asma berat)
·         Peninggian kepala mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
·         Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada pasien lansia, sakit akut/ kelemahan.
·         Membebaskan spasme jalan nafas,mengi dan produksi mucus.
·         Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembapan pada membrane mukosa dan membantu pengurangan secret.
2
Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 1 x maka :
Kriteria Hasil:
·         Pasien tahu tentang asma dan tanda gejalanya
·         Pasien tahu cara menanggulangi asma/mencegah asma
·         Jelaskan proses penyakit individu
·         Instruksikan untuk latihan nafas dan batuk efektif
·         Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan
·         Nafas bibir dan nafas abdominal/diagfragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan membentu mengontrol dispnea
2.
3
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia).

Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 1 x maka :
Kriteria Hasil:
·         Pasien dapat menjaga kondisi tubuh agar tidak rentan terhadap penyakit
·         Pasien tidak rentan terhadap batuk terutama pada malam hari yang kadang disertai keringat dingin
·         Anjurkan pasien untuk awasi suhu (mis : jika terjadi panas).
·         Kaji pentingnya latihan nafas, perubahan posisi sering (mis : berikan posisi semifowler jika sesak kambuh)
·         Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat dikerjakan oleh pasien.
·         Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuang tisue, tekankan cuci tangan yang benar
·         Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
·         Demam dapat terjadi karena infeksi/dehidrasi
·         Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru
·         Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan O2meningkatkan penyembuhan
·         Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
·         Malnutrisi dapat mempengaruhi kes umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

E.       Implementasi dan Evaluasi
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
1
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret.

·         Mengkaji frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi
·         mengkaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya peninggian kepala, tidak duduk pada sandaran
·         Mengobservasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keafektifan memperbaiki upaya batukerikan air hangat.
S:
Pasien mengatakan merasa aman dengan posisi meninggikan kepalanya dan tidak duduk pada sandaran
O:
Pasien tampak merasa aman dengan posisi meninggikan kepala dan tidak duduk pada sandaran.
A:
Masalah keperawatan dengan tidak efektifnya jalan nafas teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
2
Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurangnya informasi.

·         Menjelaskan proses penyakit individu
·         Menginstruksikan untuk latihan nafas dan batuk efektif
S:
Keluarga dan Pasien mulai mengulangi apa yang sudah di jelaskan dengan bahasa sendiri.
O:
Keluarga dan Pasien mulai mengerti dengan penyakitnya sekarang.
A:
Masalah keperawatan dengan pengetahuan sudah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
3
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia).

·         Menganjurkan pasien untuk awasi suhu (mis : jika terjadi panas).
·         Mengkaji pentingnya latihan nafas, perubahan posisi sering (mis : berikan posisi semifowler jika sesak kambuh).
·         Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat dikerjakan oleh pasien.
·         Menunjukkan dan bantu pasien tentang pembuang tisue, tekankan cuci tangan yang benar
·         Mendiskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
S:
Pasien mengatakan jika sesaknya kambuh maka akan melakukan posisi semifoyler.
O:
Pasien tampak melakukan aktivitas yang dapat di kerjakannya.
A:
Masalah keperawatan sudah teratsi.

P:
Intervensi dihentikan.

















BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh periode episodik spasma otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasma bronkus). Spasma bronkus ini menyempitkan jalan nafas sehingga membuat pernafasan menjadi sulit (dispneal), menimbulkan bunyi mengi dan batuk.
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. S dengan asma didapatkan data seperti : pasien akan sesak jika terjadi perubahan cuaca yang ekstrim, ada riwayat asma sebelumnya, sesak nafas jika melakukan aktifitas berat, berbicara terengah-engah dan posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan maka diagnosa yang muncul yaitu : risiko terjadi asma berulang. Agar asma itu tidak kambuh maka dilakukan intervensi seperti menganjurkan untuk menghindari penyebab asma misalnya lingkungan dengan suhu ekstrim, polusi udara, serbuk, dan lain-lain.

B.       Saran
1.      Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu kucing, debu, dan lain-lain.
2.      Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debu.
3.      Bagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi.








DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik – ed 2. Jakarta : EGC.

Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Subuea, Hardin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam – ed. 3. Jakarta : EGC.

Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara.



PENGOBATAN HERBAL

OBAT SAKIT GIGI TRADISIONAL

  Obat Sakit Gigi Tradisional Penyebab sakit gigi bisa beberapa hal, diantaranya gigi berlubang, retak, terkikis, kebanyakan makan permen ka...